tabulanews.id -Ribuan massa dari mahasiswa dan masyarakat sipil yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat memenuhi Jalan Udayana, Mataram, NTB dalam rangka melakukan aksi protes atas UU KPK, RUU KUHP dan RUU lainnya di depan kantor DPRD NTB pada kamis 26/09/19. Sempat terjadi hujan gas air mata dalam aksi tersebut. Polisi berkali-kali menembakkan gas air mata kepada massa aksi yang menyebabkan beberapa korban harus dilarikan ke rumah sakit menggunakan mobil ambulan.
Pukul 08:30, mahasiswa mulai berangkat dari kampus masing-masing menuju depan kantor DPRD NTB. Berdasarkan pantauan Tabulanews.id, mahasiswa mulai berbondong-bondong datang dari berbagai arah. Terlihat mahasiswa dengan menggunakan almamater masing-masing berjalan mendekati Jalan Udayana. Terlihat mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di Mataram berjalan sambil dikoordinir oleh korlap masing-masing. Mahasiswa Unram, UIN, dan mahasiswa dari berbaai kampus lain berjalan dengan tenang.
Pukul 09: 55 WITA, mahasiswa juga terlihat banyak yang keluar dari Islamic Center (IC) NTB untuk mengikuti aksi ini. Sementara itu, terlihat kawat berduri dan brlokade telah siap di depan kantor DPRD.
Pukul 10:00 WITA, mahasiswa sampai di depan kantor DPRD dan korlap dengan segera meminta kepada semua pemimpin Lembaga yang membawa massa aksi untuk berkumpul tepat di depan kantor DPRD. Polisi huru-hara terlihat bersiap-siap memagari kantor DPRD agar mahasiswa tidak masuk langsung ke dalam. Sementara itu, mahasiswa bergerak sambil meneriakkan protes dan mengangkat spanduk-spanduk yang berisi berbagai kritik atas UU KPK, RUU KUHP, dan RUU lainnya.
Bagaian depan kantor DPRD dijaga polisi sehingga mahasiswa tidak bisa langsung masuk ke dalam sekitar pukul 10:09 WITA. Sementara itu, mahasiswa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sekitar pukul 10:21, Dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram, Dr. Widodo Dwi Putro, mulai berorasi di atas mobil oprasional yang digunakan untuk aksi tersebut. Dalam orasinya, Ia meminta supaya apparat keamanan tidak bersikap represif kepada para mahasiswa. Selain itu, Ia juga menyatakan protes karena rumah wakil rakyat yang tertutup untuk rakyat. Ia mengingatkan kepada aprat bahwa mereka dibayar oleh rakyat dan seharusnya tidak melakukan cara-cara kekerasan kepada rakyat. Sementara itu, mahasiswa diingatkan agar tidak terprovokasi. Dalam orasi tersebut, Ia menambahkan kritik terhadap UU KPK yang disahkan oleh presiden dan DPR. Selain itu, ia juga mengkritik RUU lainnya yang dinilai kontroversial dan merugikan rakyat sambil meminta supaya kantor DPRD dibuka bagi mahasiswa dan rakyat. Seruan itu diikuti teriakan mahasiswa yang meminta supaya gerbang dan blockade dibuka.
Pukul 10:39, pimpinan DPRD yang diwakili Isvie, Mori, Muzihir, Muhammad Akri keluar untuk menemui mahasiswa di depan Gedung DPRD dan mereka keluar mealui blockade polisi yang tengah berjaga-jaga. Sesampainya mereka di depan gedung, mahasiswa menolak melakukan dialog di luar gedung dan tetap meminta supaya diberikan masuk ke dalam kantor.
Sekitar 10:40 WITA, perwakilan DPRD kembali masuk karena menilai situasi tidak kondusif. Perwakilan dari beberapa mahasiswa juga ikut masuk ke dalam kantor DPRD untuk melakukan dialog. Mahasiswa di dalam gedung DPRD meminta kembali perwakilan DPRD untuk menemui massa. Akan tetapi, karena mereka menolak, sekitar 12 perwakilan mahasiswa kembali ke luar dari gedung. Sementara itu, situasi di luar memperlihatkan massa mulai bersitegang dengan aparat.
Pukul 10: 51 WITA massa mulai merengsek masuk namun berhasil diredam sejenak oleh korlap. Sekitar pukul 11:28, mahasiswa dan polisi saling dorong di depan kantor DPRD. Kericuhan pecah. Polisi menghujani massa aksi dengan gas air mata. Polisi dan mahasiswa saling melempari batu. Suasana chaos. Massa terpecah ke arah selatan kantor DPRD, massa berlarian ke lapangan samping IC dan depan Kanwil Kemenag. Selain itu, massa juga berlarian kea rah utara kantor DPRD terpukul mundur sampai di depan hotel Madani. Sementara di kantor Bawaslu NTB dan KPID NTB, banyak dari massa yang terjebak gas air mata dan mencuci muka menggunakan air.
Pukul 11: 37 WITA mahasiswa kembali berkumpul di depan kantor DPRD. Situasi saat itu memperlihatkan gas air mata dan lemparan batu sudah mereda. Pagar kawat berduri terlihat digeser ke tepi jalan.
Mahasiswa yang pingsan dan terluka pasca lemparan batu dan gas air mata terlihat ditandu oleh angota berbagai organisasi kesehatan seperti PMI, BSMI, ACT-MRI. Sementara itu, ambulan dari berbagai Lembaga kesehatan tadi terlihat bolak-balik membawa korban sekitar pukul 11: 49. Situasi kembali terlihat mereda. Terlihat seorang ibu menerobos dari kumpulan massa aksi dan diteriaki dan diberikan tepuk tangan oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa terlihat melindungi ibu tersebut dan membantunya melewati kumpulan massa. Sementara polisi masih menjaga ketat gerbang masuk gedung DPRD.
Mahasiswa kembali berdialog dengan aparat. Mejelang Zuhur, situasi terlihat mulai kondusif dan mereda. Terlihat massa aksi istirahat, makan, solat, dan lain sebagainya. Sementara massa di depan kantor DPRD masih berkumpul beristirahat. Terlihat mahasiswa membakar sampah-sampah yang berserakan di jalan sambil beristirahat.
Pukul 13:09, mahasiswa kembali menyatukan barisan sambil berorasi dan berjalan ke depan kantor DPRD. Orasi kali ini berjalan cukup kondusif.
Pukul 13: 57, mahasiswa kembali bersitegang dengan aparat sambil meneriakkan “Buka, buka, buka…”. Di sebelah utara kantor DPRD, mahasiswa yang rata-rata menggunakan almamater Unram terlihat bertahan dalam aksi tetapi duduk dengan tenang sambil menedengarkan orasi. Sementara itu, massa aksi yang berada di sebelah selatan kantor DPRD bersitegang dengan aparat.
Kerusuhan kembali pecah. pukul 14: 37, aparat menghujani mahasiswa yang duduk tenang di sebelah utara kantor DPRD dengan tembakan gas air mata dan water canon. Massa aksi berlarian ke utara hingga ke hotel Madani. Terlihat dua orang mahasiswa ditandu oleh tim medis. Karena terkena gas air mata. Ambulan kembali bolak-balik mengantar korban dari massa aksi.
Pukul 14: 57, terlihat satu peleton tambahan aparat keamanan dari kepolisian datang dan masuk ke kantor DPRD. Perwakilan mahasiswa kembali masuk ke kantor DPRD untuk melakukan dialog dengan perwakilan DPRD dan pihak keamanan. Karena tidak kunjung menemukan titik temu, mahasiswa kembali keluar dari kantor DPRD.
Kericuhan kembali pecah, sekitar pukul 15: 20, massa aksi kembali dihujani gas air mata oleh aparat. Massa aksi berlarian kea rah utara dan selatan kantor DPRD. Hari sudah mulai sore dan situasi belum kondusif. Setelah pukul 16: 59, massa aksi mulai terlihat tenang. Mereka mulai membubarkan diri secara perlahan. Akan tetapi hingga sore itu, sisa gas air mata masih bisa terasa di udara dan masih membuat mata perih.
Pukul 17:00, mahasiswa, wartawan, polisi, dan beberapa tenaga medis terlihat memungut sampah sisa-sisa unjuk rasa. Sementara itu, massa aksi sudah terlihat mulai sepi. Warga sekitar jalan Udayana mulai keluar dan melakukan aktifitas seperti biasa dan suasana kembali normal.